Buah bit akhir-akhir ini makin populer. Konsumsi buah ini meningkat seiring berkembangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat buah dengan nama Latin Beta Vulgaris ini. Dengan demikian otomatis, bit menjadi komoditas yang menjanjikan untuk dibudidayakan.
Apa itu buah bit? Tanaman istimewa ini merupakan tumbuhan berbunga dalam familia Chenopodiaceae, yang berasal dari daerah pesisir barat dan selatan Benua Eropa, tepatnya dari Swedia Selatan dan Kepulauan Britania di selatan Laut Mediterania. Tanaman ini semakin populer setelah varitasnya dikembangkan antara lain, fodder beet, bit dan bit gula yang menghasilkan gula.
Sejatinya bit merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput. Batang bit sangat pendek, hampir tak terlihat. Akar tunggangnya tumbuh menjadi umbi. Daunnya tumbuh terkumpul pada leher akar tunggang (pangkal umbi) dan berwarna kemerahan.
Umbi bit berbentuk bulat atau menyerupai gasing. Akan tetapi ada pula yang berbentuk lonjong. Ujung umbi bit terdapat akar. Bunganya tersusun dalam rangkaian bunga yang bertangkai panjang banyak (racemes). Tanaman ini sulit berbunga di Indonesia. Bit banyak digemari karena rasanya enak, sedikit manis dan lunak.
Saat ini ada dua varietas bit yang terkenal. Pertama, bit merah atau Beta Vulgaris L.var. Rubra L, ditandai dengan umbinya berwarna merah tua. Kedua, bit putih atau bit potong (B. vulgaris L. var cicla L.) umbinya berwarna merah keputih-putihan. Di Indonesia kedua jenis bit tersebut tidak dapat berbunga dan berbiji sehingga benihnya masih didatangkan dari luar negeri.
Meski tidak bisa berbunga dan berbiji, namun bit bisa tumbuh baik di Indonesia. Umumnya bit banyak ditanam di dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1.000 m dpl, terutama bit merah. Akan tetapi, bit putih ditanam pada ketinggian 500 m dpl. Di dataran rendah bit tidak mampu membentuk umbi. Bit banyak ditanam di pulau Jawa, terutama Cipanas, Lembang, Pangalengan dan Batu. Tidak ada salahnya mencoba menanam bit di dataran tinggi lainnya di Indonesia.
Bertanam Bit
Ada pun syarat penting agar bit tumbuh dengan baik adalah tanahnya subur, gembur, dan lembap. Selain itu tanah liat yang berlumpur dengan pH tanah 6-7 lebih sesuai untuk bit. Sebaiknya waktu tanam bit pada awal musim hujan atau akhir musim hujan.
Bit dikembangbiakkan dengan cara ditanam bijinya. Biji bit tersebut langsung ditanam tanpa disemaikan terlebih dulu. Tanah yang akan ditanami dicangkul selama 30 cm dan diberi pupuk kandang sebanyak 15 ton per ha.
Setelah tanahnya diratakan, dibuat alur-alur dangkal dengan jarak antar alur 20 cm. Biji-biji bit tersebut ditaburkan merata di sepanjang alur, kemudian ditutup tipis-tipis dengan tanah. Untuk penanaman seluas 1 ha dibutuhkan 8 kg biji bit.
Biji bit akan tumbuh setelah ditanam 6 hari. Setelah berumur 3-4 minggu, tanaman diperjarang sehingga jarak antar tanaman menjadi 15-20 cm. Jika ditemukan bijinya tumbuh 2-3 tunas (poliembrioni), tunas-tunas yang lemah dipisahkan dan disisakan satu tanaman yang subur. Penjarangan dapat bersamaan dengan penyiangan untuk penggemburan tanah.
Pemberian pupuk buatan untuk tanaman bit jarang dilakukan. Namun, agar hasil yang diperoleh lebih baik, dianjurkan tanaman bit diberi pupuk buatan. Pupuk buatan tersebut berupa campuran urea, TSP, dan KCl dengan perbandingan 2:1:1 sebanyak 200 kg/ha atau 100 kg urea, 50 kg TSP, dan 50 kg KCl per ha. Pupuk tersebut ditebar di kanan-kiri setiap tanaman sejauh 5 cm dari batangnya. Pemberian pupuk ini bersamaan dengan penyiangan.
Pemeliharaan
Pada saat tanaman baru ditanam, penyiraman dilakukan setiap hari (pagi atau sore) dengan gembor yang lubangnya halus supaya tidak merusak pertanaman. PENJARANGAN Setelah tanaman berumur 3 atau 4 minggu dari waktu menyebar, tanaman perlu diperjarang dengan hanya memilih tanaman yang bagus pertumbuhannya saja. Setelah penjarangan selesai, diusahakan agar jarak antartanaman menjadi sekitar 15 – 20 cm. Jika ada biji yang tumbuhnya menjadi 2 atau 3 tunas, harus disisakan satu tunas yang tumbuhnya baik.
Sambil menjarangkan tanaman, kegiatan pendangiran juga dapat dilakukan. Di samping itu, dapat juga dilakukan penyiangan dengan cara mencabut rumput liar atau gulma yang tumbuh. Pendangiran atau penggemburan dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menyentuh perakaran tanaman.
Selanjutnya kegiatan ini dilakukan 2 minggu sekali. PEMUPUKAN Agar diperoleh hasil yang memuaskan, maka tanaman sebaiknya diberi pupuk buatan berupa ZA, DS dan ZK dengan perbandingan 2:1:1. Selain itu, dapat juga digunakan pupuk lain asalkan perbandingannya diperhatikan. Pupuk diberikan di kiri dan kanan tanaman, kira-kira jaraknya 5 cm dari batang tanaman.
Tanaman bit tidak memerlukan pemeliharaan khusus. Pemeliharaan hanya denagan cara membersihkan rumput-rumput yang mengganggu. Penyakit yang biasa tampak adalah midew embun. Penyakit ini disebabkan oleh Peronospora schachtii yang dapat diatasi dengan semprotan Benlate 0,2 persen.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bit yang ditemui tidaklah begitu serius. Hal ini bukan berarti tanaman itu tidak perlu dikontrol gangguan hama dan penyakitnya. Beberapa penyakit seperti bercak daun dan bercak hitam ternyata dapat merusak dan menurunkan hasil bit hingga cukup tinggi.
Untuk itu, jika gejala penyakit ini terlihat hendaklah segera diberantas dengan fungisida. Beberapa hama yang suka pula pada pertanaman bit antara lain larva Pegomya hyoscyami yang mengisap jaringan daun tanaman. Hama ini bisa dikendalikan dengan insektisida. Sedangkan yang lebih sering dijumpai adalah rusaknya umbi bit sebagai akibat dari penyakit fisiologis, seperti black spot. Penyakit ini disebabkan kekurangan unsur boron.
Bit dapat dipanen pada umur 2,5-3 bulan setelah disebarkan. Panen ini dilakukan dengan cara umbi dicabut secara hati-hati, jangan sampai merusak umbi. Semakin tua tanaman, semakin banyak kandungan gulanya sehingga rasanya bertambah manis, begitu pula kadar vitamin C-nya makin tinggi. Akan tetapi, jika terlalu tua, umbinya menjadi agak keras (mengayu). Setelah dicabut, umbi lalu dibersihkan dan daunnya dipotong setengahnya agar tidak terjadi penguapan yang berlebihan.